Selasa, 22 Oktober 2013

DESKRIPSI MUSEUM SANGIRAN

       Bangunan-bangunan bersejarah di sekitar kita sangatlah banyak. Dalam perkembangannya, bangunan dapat dikategorikan sebagai bangunan bersejarah apabila mempunyai nilai sejarah dan umumnya berumur lebih dari 50 tahun. Salah satu bangunan bersejarah dan peninggalannya di sekitar kita, yaitu Museum Sangiran. Di sini, saya akan mendeskripsikan sedikit tentang Museum Sangiran dari segi sejarah, ekonomi, sosial kemasyarakatan, maupun tujuan pelestariannya.

Segi Sejarah
Sangiran adalah sebuah situs atau tempat arkeologi manusia purba di Sragen, Jawa Tengah. Tepatnya di desa krikilan, kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen (di sebelah utara Kota Solo ± 17 km). Situs Sangiran mempunyai luas sekitar 59,3 km2. Secara administratif  termasuk ke dalam dua pemerintahan yaitu kabupaten Sragen dan kabupaten Karanganyar.
Pada awalnya, Sangiran adalah sebuah kubah atau dome yang dinamakan Kubah Sangiran atau Sangiran Dome yang tererosi di bagian puncaknya sehingga menyebabkan terjadinya reverse (kenampakan terbalik) sehingga membentuk depresi. Pada depresi itulah dapat ditemukan lapisan tanah yang mengandung informasi tentang kehidupan di masa lampau.

Sejak tahun 1934, ahli antropologi dari Jerman, Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald memulai penelitian di area tersebut, setelah mencermati laporan-laporan berbagai penemuan balung buta ("tulang buta/raksasa") oleh warga dan diperdagangkan. Saat itu perdagangan fosil mulai ramai akibat penemuan tengkorak dan tulang paha Pithecanthropus erectus ("Manusia Jawa") oleh Eugene Dubois di Trinil, Ngawi, tahun 1891. Trinil sendiri juga terletak di lembah Bengawan Solo, kira-kira 40 km timur Sangiran.
Dengan dibantu oleh Toto Marsono, pemuda yang kelak menjadi lurah Desa Krikilan, setiap hari von Koenigswald meminta penduduk untuk mencari balung buta, yang kemudian ia bayar. Pada tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian menemukan berbagai fosil Homo erectus lainnya. Ada sekitar 60 lebih fosil H. erectus atau hominid lainnya dengan variasi yang besar, termasuk seri Meganthropus palaeojavanicus, telah ditemukan di situs tersebut dan kawasan sekitarnya.
Selain manusia purba, ditemukan pula berbagai fosil tulang-belulang hewan-hewan bertulang belakang (Vertebrata), seperti buaya, kuda nil, rusa dan lain-lain. Penggalian oleh tim von Koenigswald berakhir 1941. Koleksi-koleksinya sebagian disimpan di bangunan yang didirikannya bersama Toto Marsono di Sangiran, yang kelak menjadi Museum Purbakala Sangiran, tetapi koleksi-koleksi pentingnya dikirim ke kawannya di Jerman, Franz Weidenreich.
Kemudian pada tahun 1977, Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Oleh karenanya, dalam sidangnya yang ke 20 Komisi Warisan Budaya Dunia di Kota Marida, Mexico tanggal 5 Desember 1996, menetapkan Sangiran sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia “World Heritage List” Nomor : 593. Dengan demikian pada tahun 1996 situs Sangiran ini terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.

Segi Ekonomi
                Dalam pemanfaatan atau penggunaan Museum Sangiran itu telah sangat membantu ekonomi masyarakat sekitar. Pemanfaatannya berupa pekerjaan yang dapat dilakukan masyarakat sekitar dengan adanya obyek wisata Museum Sangiran. Antara lain sebagai berikut:
1.        Masyarakat menjadi pengrajin
Banyak kita jumpai, di sepanjang jalan menuju Museum Sangiran banyak rumah penduduk yang menjadi galeri souvenir. Masyarakat sekitar umumnya menjadi pengrajin batu, kayu, fosil dan lain-lain. Setelah museum sangiran resmi menjadi tempat wisata, banyak masyarakat sekitar memilih bekerja menjadi pengrajin souvenir karena para wisatawan sangat senang membeli cinderamata souvenir tersebut sehingga dapat menambah pendapatan dan meningkatkan kualitas penduduk.
2.       Masyarakat menjadi pegawai museum
Dalam pengelolaan Museum Sangiran perlu adanya faktor-faktor yang mendukung baik fasilitas maupun kinerja pegawai. Maka, dalam pengelolaannya masyarakat sekitar juga ada yang bekerja di museum baik menjadi satpam, tukang parkir, petugas kebersihan maupun staf museum.
3.       Masyarakat menjadi penjual souvenir
Apabila kita masuk ke dalam kawasan Museum Sangiran, kita akan banyak menjumpai kios-kios yang berderet-deret yang  menjual berbagai macam souvenir khas Sangiran. Masyarakat sekitar memanfaatkan banyaknya wisatawan yang berkunjung di Snagiran dengan menjual souvenir tersebut. Souvenir yang ditawarkan bermacam-macam, seperti aksesoris dari batu, baju bergambarkan sangiran, kerajinan dari batu, kayu dan lain-lain.
4.       Masyarakat ikut menyediakan sarana transportasi ke museum
Dalam perjalanan ke sebuah tempat membutuhkan alat transportasi. Begitu juga ketika akan mengunjungi Museum Sangiran. Apabila kita menggunakan kendaraan pribadi, kita mungkin juga akan membutuhkan bantuan masyarakat sekitar sewaktu-waktu. Misalnya bila bensin habis atau ban bocor, maka kita pun membutuhkan bantuan masyarakat sekitar dengan cara masyarakat sekitar menjual bensin, membuka bengkel dan lain-lain. Apabila kita menggunakan alat transportasi umum, akses atau cara yang bisa kita tempuh untuk ke museum yaitu naik angkot, taksi maupun ojek. Dan itu juga di sediakan oleh masyarakat sekitar dengan menjadikannya sebuah pekerjaan yang bisa menambah pendapatan mereka.

Segi Sosial Kemasyarakatan
            Sangiran merupakan obyek wisata yang bisa menjadi tempat berlibur maupun menambah pengetahuan tentang sejarah. Tentu banyak wisatawan yang datang mengunjungi museum Sangiran, baik wisatawan domestik (dalam negeri) maupun wisatawan asing (luar negeri). Dalam bermasyarakat tentu adanya komunikasi atau hubungan antara masyarakat satu dengan masyarakat yang lain. Begitu juga dengan adanya museum sangiran dapat menambah atau meningkatkan sosial kemasyarakatan yang terjadi antara wisatawan dengan masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan wisatawan yang datang. Sehingga akan membentuk sosial kemasyarakatan yang baik.

Segi Tujuan Pelestarian
            Museum sangiran berisi peninggalan-peninggalan fosil yang ditemukan di sekitar daerah Sangiran. Fosil-fosil tersebut disimpan dan dilestarikan. Dengan tujuan, yaitu :
1.      Agar peninggalan-peninggalan fosil tersebut tidak hancur atau hilang oleh waktu.
2.      Agar fosil tersebut tidak jatuh ke orang jahat yang tidak bertanggung jawab.
3.      Untuk mendapat pengetahuan dan wawasan akan kehidupan masa lampau sebelum masa modern seperti sekarang ini.
4.      Sumber analisis akan kehidupan masa datang.
5.      Agar museum sangiran dan peninggalannya masih terjaga dan ada dalam kondisi yang baik di masa yang akan datang.




LAMPIRAN

 



 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar