Bangunan-bangunan bersejarah di
sekitar kita sangatlah banyak. Dalam perkembangannya, bangunan dapat
dikategorikan sebagai bangunan bersejarah apabila mempunyai nilai sejarah dan
umumnya berumur lebih dari 50 tahun. Salah satu bangunan bersejarah dan peninggalannya
di sekitar kita, yaitu Museum Sangiran. Di sini, saya akan mendeskripsikan
sedikit tentang Museum Sangiran dari segi sejarah, ekonomi, sosial
kemasyarakatan, maupun tujuan pelestariannya.
Segi Sejarah
Sangiran adalah sebuah situs atau
tempat arkeologi manusia purba di Sragen, Jawa Tengah. Tepatnya di desa krikilan, kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen (di sebelah
utara Kota Solo ± 17 km). Situs Sangiran mempunyai luas sekitar 59,3 km2.
Secara administratif termasuk ke dalam
dua pemerintahan yaitu kabupaten Sragen dan kabupaten Karanganyar.
Pada awalnya, Sangiran adalah sebuah
kubah atau dome yang dinamakan Kubah
Sangiran atau Sangiran Dome yang
tererosi di bagian puncaknya sehingga menyebabkan terjadinya reverse
(kenampakan terbalik) sehingga membentuk
depresi. Pada
depresi itulah dapat ditemukan lapisan tanah yang mengandung informasi tentang
kehidupan di masa lampau.
Sejak tahun 1934, ahli antropologi dari Jerman, Gustav
Heinrich Ralph von Koenigswald memulai penelitian di area tersebut,
setelah mencermati laporan-laporan berbagai penemuan balung buta
("tulang buta/raksasa") oleh warga dan diperdagangkan. Saat itu
perdagangan fosil mulai ramai akibat penemuan tengkorak dan tulang paha Pithecanthropus
erectus
("Manusia Jawa") oleh Eugene Dubois di Trinil, Ngawi, tahun 1891. Trinil sendiri juga
terletak di lembah Bengawan Solo, kira-kira 40 km timur Sangiran.
Dengan dibantu oleh Toto Marsono, pemuda yang kelak menjadi lurah Desa
Krikilan, setiap hari von Koenigswald meminta penduduk untuk mencari balung
buta, yang kemudian ia bayar. Pada tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian
menemukan berbagai fosil Homo erectus lainnya. Ada sekitar 60 lebih fosil H.
erectus atau hominid lainnya dengan variasi yang besar,
termasuk seri Meganthropus
palaeojavanicus, telah ditemukan di situs tersebut dan kawasan sekitarnya.
Selain manusia purba, ditemukan pula berbagai fosil
tulang-belulang hewan-hewan bertulang belakang (Vertebrata), seperti buaya, kuda nil,
rusa dan lain-lain. Penggalian oleh tim von Koenigswald
berakhir 1941. Koleksi-koleksinya sebagian disimpan di bangunan yang
didirikannya bersama Toto Marsono di Sangiran, yang kelak menjadi Museum
Purbakala Sangiran, tetapi koleksi-koleksi pentingnya dikirim ke kawannya di
Jerman, Franz Weidenreich.
Kemudian pada tahun 1977, Sangiran
ditetapkan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Oleh karenanya, dalam sidangnya yang ke 20
Komisi Warisan Budaya Dunia di Kota Marida, Mexico tanggal 5 Desember 1996,
menetapkan Sangiran sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia “World
Heritage List” Nomor : 593. Dengan demikian pada tahun 1996 situs Sangiran ini terdaftar dalam Situs
Warisan Dunia UNESCO.
Segi Ekonomi
Dalam pemanfaatan atau
penggunaan Museum Sangiran itu telah sangat membantu ekonomi masyarakat sekitar.
Pemanfaatannya berupa pekerjaan yang dapat dilakukan masyarakat sekitar dengan
adanya obyek wisata Museum Sangiran. Antara lain sebagai berikut:
1.
Masyarakat menjadi pengrajin
Banyak kita jumpai, di sepanjang jalan menuju
Museum Sangiran banyak rumah penduduk yang menjadi galeri souvenir. Masyarakat sekitar
umumnya menjadi pengrajin batu, kayu, fosil dan lain-lain. Setelah museum
sangiran resmi menjadi tempat wisata, banyak masyarakat sekitar memilih bekerja
menjadi pengrajin souvenir karena para wisatawan sangat senang membeli
cinderamata souvenir tersebut sehingga dapat menambah pendapatan dan
meningkatkan kualitas penduduk.
2.
Masyarakat
menjadi pegawai museum
Dalam pengelolaan Museum Sangiran perlu adanya
faktor-faktor yang mendukung baik fasilitas maupun kinerja pegawai. Maka, dalam
pengelolaannya masyarakat sekitar juga ada yang bekerja di museum baik menjadi
satpam, tukang parkir, petugas kebersihan maupun staf museum.
3.
Masyarakat
menjadi penjual souvenir
Apabila kita
masuk ke dalam kawasan Museum Sangiran, kita akan banyak menjumpai kios-kios
yang berderet-deret yang menjual berbagai
macam souvenir khas Sangiran. Masyarakat sekitar memanfaatkan banyaknya
wisatawan yang berkunjung di Snagiran dengan menjual souvenir tersebut.
Souvenir yang ditawarkan bermacam-macam, seperti aksesoris dari batu, baju
bergambarkan sangiran, kerajinan dari batu, kayu dan lain-lain.
4.
Masyarakat
ikut menyediakan sarana transportasi ke museum
Dalam perjalanan ke sebuah tempat membutuhkan
alat transportasi. Begitu juga ketika akan mengunjungi Museum Sangiran. Apabila
kita menggunakan kendaraan pribadi, kita mungkin juga akan membutuhkan bantuan
masyarakat sekitar sewaktu-waktu. Misalnya bila bensin habis atau ban bocor,
maka kita pun membutuhkan bantuan masyarakat sekitar dengan cara masyarakat
sekitar menjual bensin, membuka bengkel dan lain-lain. Apabila kita menggunakan
alat transportasi umum, akses atau cara yang bisa kita tempuh untuk ke museum
yaitu naik angkot, taksi maupun ojek. Dan itu juga di sediakan oleh masyarakat
sekitar dengan menjadikannya sebuah pekerjaan yang bisa menambah pendapatan
mereka.
Segi Sosial
Kemasyarakatan
Sangiran merupakan obyek wisata yang bisa menjadi tempat
berlibur maupun menambah pengetahuan tentang sejarah. Tentu banyak wisatawan
yang datang mengunjungi museum Sangiran, baik wisatawan domestik (dalam negeri)
maupun wisatawan asing (luar negeri). Dalam bermasyarakat tentu adanya
komunikasi atau hubungan antara masyarakat satu dengan masyarakat yang lain.
Begitu juga dengan adanya museum sangiran dapat menambah atau meningkatkan
sosial kemasyarakatan yang terjadi antara wisatawan dengan masyarakat sekitar.
Masyarakat sekitar dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan wisatawan yang
datang. Sehingga akan membentuk sosial kemasyarakatan yang baik.
Segi Tujuan
Pelestarian
Museum sangiran berisi peninggalan-peninggalan fosil yang
ditemukan di sekitar daerah Sangiran. Fosil-fosil tersebut disimpan dan
dilestarikan. Dengan tujuan, yaitu :
1.
Agar
peninggalan-peninggalan fosil tersebut tidak hancur atau hilang oleh waktu.
2.
Agar
fosil tersebut tidak jatuh ke orang jahat yang tidak bertanggung jawab.
3.
Untuk
mendapat pengetahuan dan wawasan akan kehidupan masa lampau sebelum masa modern
seperti sekarang ini.
4.
Sumber
analisis akan kehidupan masa datang.
5.
Agar
museum sangiran dan peninggalannya masih terjaga dan ada dalam kondisi yang
baik di masa yang akan datang.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar